Sunday, April 12, 2015

Penemuan Genre Baru: Dari Mac DeMarco Hingga Homeshake

0 comments



                    Di umur yang semakin tua ini, beberapa orang akan mencapai sebuah titik kenyamanan musikalitas yang membuat mereka hanya mendengarkan beberapa musisi maupun genre yang sudah familiar di telinga mereka. Dalam pencarian musik baru mereka hanya stuck pada genre yang mereka favoritkan atau mudahnya “musik mereka mirip sama band kesukaan gua bre!” Kemudian para konservatif tersebut akan mencapai sebuah titik dimana mereka rela untuk mendengarkan musik, musisi, bahkan genre baru untuk mencapai sebuah orgasme telinga yang membebaskan jiwa. Perjalanan tersebut kadang menyakitkan dan tidak selamanya mencapai keberhasilan. Pada artikel ini saya akan menjelaskan tentang pengalaman saya dalam pencarian musik baru yang berujung pada penemuan sebuah genre baru.
            Genre merupakan sebuah tipe dari kategori yang mengacu pada musik spesifik dengan perbedaannya masing-masing melalui jaringan budaya dalam produksi, peredaran, dan signifikansi.[1] Kunci dari pemahaman genre terletak dari perbedaan satu sama lain, saya yakin kalian bisa membedakan musik dangdut dan jazz, ya kecuali keduanya menyatu menjadi genre dangdut-jazz! Fuck yeah. Hal tersebut merupakan definisi produksi yang mengacu pada sound yang dihasilkan musisi yang kemudian didengarkan oleh kita. Peredaran menjadi hal yang saya sukai dari musik karena kita dapat mencari musik beserta genre baru melalui proses tersebut. Cara mengaksesnya pun kini mudah akibat kehadiran internet yang sekaligus menjadi salah satu sumber terbaik dalam pencarian musik baru.
            Saya pribadi mencari musik baru di internet melalui media elektronik layaknya NME, situs video Youtube, fitur similar artist di Last.fm, sosial media, hingga mengeksplotasi situs Google. Selain itu film atau acara televisi dengan musik yang disajikannya menjadi salah satu sumber terbaik saya. Sedangkan dalam pencarian musik di media cetak jarangkali saya lakukan semenjak saya berhenti membaca majalah Hai bekas kakak saya dan Rolling Stone Indonesia maupun luar.
            Dengan kebiasaan mencari musik diatas saya menemukan dan langsung mendengarkan Mac DeMarco dengan albumnya yang bertajuk Salad Days melalui Google dan Youtube. Aneh, karena dulu saya sama sekali tidak suka saat mengunduh musik DeMarco secara gratis di Last.fm dengan judul “Rock and Roll Night Club.” Tapi kini dia membawa musik santai yang saya anggap cukup mudah didengar melalui dasar-dasar lagu pop adiktif dengan campuran surf dan lo-fi. Lagu-lagu seperti Salad Days, Blue Boy, dan Chamber of Reflection merupakan tiga lagu terbaik yang dapat saya sarankan di album Salad Days. Album tersebut saya temukan di Youtube dan pertanyaan atas genre DeMarco mulai muncul karena musik yang dia sajikan cukup baru untuk telinga saya.
            Setelah berseluncur di internet, saya menemukan fakta bahwa DeMarco membawa musik dengan genre yang dicap oleh berbagai media sebagai slacker rock atau rock malas.[2] Hal tersebut mendorong saya untuk mencari band-band dengan genre slacker rock, dan Pavement menjadi salah satu band yang disebut-sebut sebagai perintisnya. Ya, jujur saya tidak terlalu menyukai musik mereka, walaupun Cut Your Hair menjadi salah satu lagu yang saya dengarkan dan berhasil masuk dalam salah satu playlist kece Rama Indirawan.
Saat saya mencari berita-berita DeMarco saya menemukan hal menarik yang merujuk pada genre baru yang dia anggap telah buat dalam musiknya, yaitu jizz jazz[3]. Dalam kata lain Mac DeMarco (setidaknya menurut dia) merupakan musisi dengan genre jizz jazz. Penyebutan genre oleh kritikus bahkan oleh musisi itu sendiri menjadi proses signifkansi sebuah genre, dalam kasus ini dua genre menempel dalam seorang persona musisi.
Album Salad Days membuat saya berulang kali mendengarkan Mac DeMarco dan saat saya melihat salah satu acara live dia di Youtube, hal pertama yang saya perhatikan adalah hilangnya gitaris utama band tersebut yaitu Peter Sagar. Sambil mencari berita tentang keberadaan Sagar di internet, tabulasi lain terbuka pada similar artist di Last.fm yang menunjukkan sebuah band bernama Homeshake. Guess what? Itu adalah band baru dari Peter Sagar yang memiliki genre (tebak lagi) slacker rock! Band tersebut memiliki esensi “malas” yang sedikit lebih tinggi dari Mac DeMarco akan tetapi melodi manis gitar beserta keseluruhan musik yang bernuansa effortless tetap menempel kental layaknya mantan bos dia. Lagu-lagu terbaik Homeshake yang dapat saya sarankan berupa Moon Woman, Making A Fool Of You, dan Brothers.
Itulah salah satu pengalaman saya dalam pencarian musik beserta penemuan genre baru yang dilakukan melalui internet dengan berbagai situs yang cukup membantu. Berbagai hal yang disebutkan diatas mungkin dapat anda coba sendiri dalam mencari musik baru yang dapat membunuh kejenuhan anda. Baik itu musik yang mirip dengan musisi favorit kalian, musik asing yang belom pernah anda dengar, hingga memasuki genre asing yang merayu dan memanjakan telinga.
- Rama Indirawan


[1] Fabian Holt, Genre in Popular Music (Chicago: The University of Chicago Press, 2007), hlm. 2.



Tweet This

Lagu Demi Lagu Menyambut Album Terbaru Tame Impala

0 comments


           Tame Impala merupakan sebuah band asal Australia yang telah menarik hati para pendengarnya melalui musik psikadelia mereka yang dipadukan dengan berbagai genre layaknya dream pop. Hingga kini mereka telah menghasilkan dua studio album yang mendapat pujian dari kritik hingga memenangkan penghargaan layaknya ARIA dan sebuah nominasi Grammy. Dengan suara yang memodernisasi masa terbaik dari musik di masa lampau, mereka berhasil memikat para pendengar melalui luapan warna dari musik psikadelik. Setelah album kedua yang bertajuk Lonerism di tahun 2012, mereka akan merilis album terbarunya di tahun 2015 ini. Dalam proses tersebut, mereka memberikan antusiasme melalui penyebaran dua single yang menggoda sekaligus memuaskan para pendengar selagi menunggu album terbarunya.
            Single pertama yang bertajuk Let It Happen telah dikeluarkan pada bulan Maret di website resmi Tame Impala yang dapat diunduh secara gratis untuk sementara. Langkah tersebut mirip dengan apa yang mereka lakukan pada album sebelumnya dengan membagikan lagu Apocalypse Dreams secara cuma-cuma. Let It Happen seakan menyuarakan sebuah keinginan untuk merilis album terbaru mereka secara cepat, “saat itu terjadi, terjadilah” merupakan salah satu potongan lirik dari lagu yang memiliki makna penantian dan ajakan. Secara musikalitas, mereka semakin beranjak ke genre populer yang didominasi oleh keyboard dan synthetizer walaupun beberapa hal tetap sama, layaknya suara vokal reverb Kevin Parker dan iringan ritme bass dan drum. Lagu tersebut cukup lama dan repetitif dengan durasi tujuh menit lebih berupa pergantian struktur lagu, baik dalam nyanyian maupun melodi yang mengiringinya. Dominasi keyboard dapat mudah terdengar dengan tabuhan drum yang berjalan layaknya sebuah mesin disko, mengiringi naik turunnya tempo dan memberikan keseimbangan pada keseluruhan lagu. Gitar sendiri hanya muncul sedikit memberikan aksen seperti pada akhir lagu. Dengan berbagai pengulangan tersebut, Let It Happen kurang memuaskan bagi saya, tidak seperti rasa puas yang didapat saat saya mengunduh dan mendengarkan Apocalypse Dreams untuk pertama kalinya.        
              Kemudian pada bulan April ini mereka kembali mengeluarkan lagu yang berjudul Cause Im A Man yang berhasil mengembalikan antusiasme saya kepada album baru mereka. Lagu tersebut sangat bernuansa pop dengan distorsi gitar yang dahulu mereka gunakan seakan perlahan hilang untuk menyempurnakan arah yang mereka inginkan. Lagu ini memiliki kesamaan dengan Feels Like We Only Go Backwards dan Beverly Laurel dari album sebelumnya dengan sifat catchy dari musik pop beserta nuansa chill atau santai turut serta menyelimuti. Tahun lalu mereka merekam cover lagu Michael Jackson yang berjudul Stranger in Moscow dan Parker mengatakan salah satu inspirasi musiknya didapatkan dari Britney Spears dengan eksperimen pada genre bubblegum pop. Kedua hal tersebut seakan menginspirasi musik mereka yang melahirkan lagu Cause Im A Man, sebuah upaya daur ulang dari musik-musik populer di masa lampau. Berbeda dengan Let It Happen, lagu ini diluncurkan melalui radio dan tidak dapat diunduh gratis. Akan tetapi anda dapat mengaksesnya dengan mudah melalui akun resmi Youtube Tame Impala.
            Kedua lagu tersebut diharapkan dapat memberikan rasa penasaran dan antusiasme dari para pendengar yang menantikan karya-karya terbaru mereka seperti album ketiga ini. Apabila Lonerism menjadi album yang menunjukkan gabungan unsur musik pop dengan suara-suara alternatif yang bersifat eksperimental, apakah album pop menjadi arah selanjutnya? Tanpa distorsi, tanpa psikadelia yang dulu mereka berikan? Sebuah pendewasaan yang berujung pada pembentukan band pop? Apakah Kevin Parker ingin menjadi seorang diva?! Berbagai pertanyaan tersebut akan terjawab saat Tame Impala pada akhirnya merilis album barunya secara resmi. Hingga kini mereka telah mengumumkan judul albumnya yang berjudul Currents dengan sampul album juga telah mereka tunjukkan melalui Instagram.
           
- Rama Indirawan



Tweet This